Topeng Maulid Tidak seperti Dulu

http://www.jawapos.com
TATAPAN
mata Matjadi terlihat menerawang jauh. Ditemui di rumahnya di kawasan Girilaya sore kemarin (25/2), dia tampak berusaha mengingat-ingat sesuatu. Sambil menata tumpukan topeng yang tergeletak di sebuah ruangan, laki-laki berusia 48 tahun itu pun mulai bercerita panjang.

''Peminat topeng mainan saat ini tidak seperti dulu. Sekarang menurun,'' ungkapnya sembari memijat-mijat kertas di atas cetakan yang sudah berbentuk.

Sekitar 24 tahun silam saat dipercaya menjalankan usaha almarhum ayahnya, topeng mainan paling digemari. ''Terutama ketika Maulidan seperti sekarang ini,'' ujar bapak Novi Pandansari, Andi Oktamasdian Dwi Pranata, dan Oki Rahmada Tandia itu.

Dia mengungkapkan, ketika itu dirinya sangat bersemangat menjajakan karya topeng tersebut. Pesanan banjir. Omzet pun berlipat. Salah satu stan yang cukup ramai adalah di sekitar Masjid Ampel. Sebab, setiap ada peringatan Maulid Nabi, kawasan itu selalu ramai. ''Saya diberi tahu ayah, setiap Maulidan, kawasan Ampel selalu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai penjuru,'' jelasnya.

Nah, ketika mengunjungi Ampel tersebut, banyak juga orang tua yang mengajak anaknya. Dari situlah awal topeng mainan bermunculan. Lalu, fenomena itu seolah menjadi ikon topeng Maulid. Sebab, ramainya hanya saat peringatan Maulid Nabi. Keuntungan yang didapat saat itu bisa mencapai Rp 300 ribu. ''Uang segitu dulu sudah sangat besar,'' ucap Matjadi.

Kini, usaha topeng Maulid Matjadi tidak sebesar dulu. Saat ini, harga sebuah topeng Rp 6 ribu. Topeng mainan itu masih lumayan laris saat peringatan kelahiran Nabi tersebut tiba. ''Kalau tidak Maulidan, ya tidak ada yang berjualan topeng di Ampel,'' ujarnya.

Agar usaha topeng tersebut tetap eksis, Matjadi tertuntut untuk terus berinovasi. Dia mengaku memiliki strategi khusus. Di antaranya, jenis topeng yang dibuat menyesuaikan tren. ''Kalau dulu anak-anak kecil banyak suka topeng harimau, sekarang saya buat topeng wajah Upin dan Ipin. Anak-anak kecil kan saat ini lagi suka seperti yang di televisi itu,'' katanya.

Selain itu, dia terus berupaya mengembangkan pasar. Tidak hanya di Ampel dan sekitarnya, tapi juga ke luar kota. Di beberapa daerah seperti Lamongan, Gresik, Semarang, dan Jogjakarta, sudah cukup banyak yang memesan topengnya. ''Jualnya ya memang waktu perayaan Maulidan seperti ini. Kalau tidak laku, nanti saya jual di KBS saja,'' ujar Matjadi. (edw/hud)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Topeng Maulid Tidak seperti Dulu"

Posting Komentar

Beri komentar pada blog ini