Pangsa Pasar Produk Indonesia di ASEAN Meningkat

Jakarta (SIB)
Kesepakatan perdagangan bebas dengan sejumlah negara bakal mengangkat kinerja ekspor Indonesia tahun ini.
Kinerja ekspor Indonesia pada tahun ini berpotensi tumbuh di atas 8,5 persen dibandingkan 2009 yang mencapai 116,5 miliar dollar AS. Peningkatan nilai ekspor nonmigas Indonesia pada Januari 2010 sebesar 47,61 persen menjadi 9,2 miliar dollar AS, dibandingkan periode yang sama 2009 sebesar 6,2 miliar dollar AS, menjadi indikasi positif.
“Jika target itu tercapai, maka nilai ekspor 2010 bisa mencapai sedikit di bawah nilai ekspor pada 2008,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta, Kamis (4/3).
Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar menambahkan, nilai ekspor Januari 2010, baik secara keseluruhan maupun nonmigas, merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah ekspor pada Januari.
“Tidak pernah ada nilai ekspor mencapai 11,5 miliar dollar AS, dan yang nonmigas di atas 9,5 milair dollar AS. Ini artinya bukan saja perekonomian kita dapat bertahan, tapi pada saat pemulihan kita bisa berada paling depan,” kata Mahendra.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan nilai ekspor Januari 2010 terdiri dari ekspor nonmigas sebesar 9,2 miliar dollar AS atau meningkat 47,61 persen dibandingkan periode yang sama 2009. Serta ekspor migas sebesar 2,3 miliar dollar AS atau naik 128 persen dibandingkan Januari 2009 yang hanya mencapai 1 miliar dollar AS.
Mahendra mengungkapkan awal pemulihan kinerja ekspor teutama ditopang peningkatan ekspor ke negara-negara nontradisional seperti China, India, Korea, Malaysia, dan negara-negara ASEAN. Pangsa pasar produk Indonesia di negara-negara ASEAN juga terus meningkat, dari 30 persen menjadi di atas 50 persen.
“Kita juga sudah punya perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara tersebut sejak 10 tahun lalu sehingga kita tetap bisa jaga akses pasar kita,” kata dia.
Sementara itu, Mari menambahkan, peran atase perdagangan (Atdag) dan International Trade Promotion Centre (ITPC) juga tidak bisa diabaikan. Hingga saat ini, Indonesia punya 24 atase perdagangan dan 19 ITPC di negara-negara tujuan ekspor dunia.
Secara terpisah, Ketua Regulasi Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman (Gapmmi) Franky Sibarani berharap, peran atdag bisa ditingkatkan. Karena selama ini eksportir Indonesia harus berjuang sendiri mengatasi tantangan di negara-negara tujuan ekspor, khususnya terkait kebijakan nontarif.
“Kami berharap, atase perdagangan Indonesia di luar negeri bisa maksimal membantu ekspotir, terutama terkait informasi kebijakan-kebijakan nontarif yang diterapkan suatu negara,” kata Franky.
Standardisasi Produk
Sementara itu, pemerintah berniat memasukkan unsur ramah lingkungan sebagai prasyarat standardisasi produk. Langkah tersebut bisa menjadi selling point untuk memasarkan dan mempermudah produk Indonesia masuk ke pasar internasional.
“Pasar internasional terutama di negara maju telah mementingkan eco product dalam kesehariannya. Karena itu, pelaku usaha di Tanah Air sangat perlu menyesuaikan diri dengan memproduksi eco product,” kata Deputi Menko Ekonomi Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawadi di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan, langkat awal telah dipraktikkan oleh pemerintah sendiri dalam melakukan pembelian barang-barang kebutuhan pemerintah dengan melakukan ecofinance. Hal yang sama terjadi pada pemerintah negara maju di Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang menjadi sangat pemilih dalam memilih produk.
Selain itu, Edy mengatakan, penerapan kebijakan penggunaan eco product sebagai prasyarat standardisasi akan membuat barang luar yang masuk ke Indonesia terseleksi sehingga tidak menjadi beban lingkungan.
“Kita lakukan seleksi, ada ketentuan standar, ketentuan kedaluwarsa, ketentuan kesehatan, ada ketentuan karantina, dan semua itu sudah kita lakukan,” tandas dia. (KJ/o)
http://hariansib.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Pangsa Pasar Produk Indonesia di ASEAN Meningkat"

Posting Komentar

Beri komentar pada blog ini