Seni Budaya Masih Termarginalkan
Rabu, 24 Februari 2010
BUNGUR,(GM)-
Pendidikan seni dan budaya di Jawa Barat hingga kini masih termarginalkan, padahal sangat penting untuk pembentukan karakter manusia Indonesia.
"Sekarang banyak manusia Indonesia yang lebih mengedepankan karakter bangsa asing daripada bangsanya sendiri," ungkap dosen Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Drs. Ramlan, M.Sn. kepada wartawan, usai seminar dan workshop pendidikan seni budaya di Bale Kambang Bandung, Selasa (23/2).
Menurut Ramlan, pemerintah lebih menitikberatkan pada pendidikan umum yang capaiannya prestasi, seperti pelajaran yang di-ujiannasional-kan. Sementara pendidikan seni dan budaya menjadi pendidikan nomor sekian. Akibatnya, generasi muda kehilangan karakter bangsa.
"Kecenderungan pada pendidikan umum ini ketika pelajaran seni dan budaya ini harus dihentikan dan diganti dengan pelajaran umum, terutama pelajaran yang berkaitan dengan UN," paparnya.
Ramlan khawatir kalau hal ini tidak segera diantisipasi, ke depan generasi muda tidak tahu seni budaya mereka sendiri dan kehilangan karakter bangsanya. Karena itu, Ramlan pun meminta ada keseimbangan antara pendidikan seni dan budaya dengan pendidikan umum.
"Selama ini saya lihat tidak ada keseimbangan antara pendidikan seni dan budaya dengan pendidikan umum di sekolah-sekolah," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, sebaiknya jam mata pelajaran pendidikan seni dan budaya ditambah. Selama ini, katanya, jam mata pelajaran pendidikan seni budaya yang hanya dua jam (2 x 45 menit) untuk empat bidang, yakni seni tari, lukis, teater, dan musik dirasa tidak cukup.
"Harusnya pelajaran seni dan budaya diberi porsi yang sama, yakni apabila pendidikan umum, terutama bahasa Inggris, empat jam pelajaran, pendidikan seni pun harus empat jam pelajaran dalam seminggu," tambahnya.
Praktisi kesenian yang juga pendidik bidang kesenian, Rosikin W.K. menyatakan, sebaiknya Pemkot Bandung mewajibkan pendidikan seni dan budaya diajarkan di sekolah, terutama sekolah negeri mulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP). Selama ini, tambahnya, pendidikan seni dan budaya hanya diwajibkan dan dikembangkan di sekolah khusus.
"Ke depan seluruh sekolah, terutama sekolah negeri, wajib memasukkan pendidikan seni budaya sebagai pelajaran tersendiri dan bukan kegiatan ekstrakurikuler," ujarnya.
Selain itu, sumber daya manusia (SDM) guru di bidang seni budaya pun harus ditambah. Rasikin mencatat, dari sekitar 200.000 guru SD di Jabar, hanya 40% yang tahu tentang seni budaya dan dipaksakan mengajar seni budaya di sekolah.
"Padahal di Jabar ada sejumlah perguruan tinggi yang setiap tahun meluluskan sarjana berbasis pendidikan seni dan budaya," ujarnya.
Namun sayang, katanya, sedikit sekali SDM yang dihasilkan tersebut dimanfaatkan pemerintah menjadi tenaga guru. "Hal ini karena minimnya kesempatan yang dibuka pemerintah," ujarnya. (B.81)**
http://www.klik-galamedia.com
0 Response to "Seni Budaya Masih Termarginalkan"
Posting Komentar