Dampak Lingkungan Pasca-ACFTA

08 Maret 2010

  • Oleh Sudharto P Hadi
China memang bukan Amerika Serikat tetapi kalau dipertarungkan dengan Indonesia keunggulan kompetitifnya lebih digdaya dari Amerika

PERDAGANGAN bebas ASEAN-China baru diberlakukan tanggal 1 Januari lalu namun dampaknya sudah kita rasakan. Makin hari makin banyak buah-buahan impor asal China membanjiri sudut-sudut kota dengan harga yang murah. Demikian juga produk mainan anak-anak.

Jauh sebelum perdagangan bebas diberlakukan, sepeda motor dan barang-barang eletroknik produk China sudah meramaikan pasaran dan menjadi alternatif pilihan di antara produk Jepang dan Korea Selatan.

Respons pun bermunculan. Ada yang meminta pemerintah bersikap tegas dengan menyeleksi produk-produk yang bisa masuk ke Indonesia.

Ada pula yang bahkan meminta untuk meninjau ulang perjanjian perdagangan bebas itu. Bagaimanakah dampaknya pada lingkungan hidup yang kondisinya memprihatinkan?

Liberalisasi perdagangan merupakan bagian dari globalisasi. Ia menjadi instrumen utama dalam mengglobalkan dunia yang penuh keragaman ini Ia menjadi sarana McDonald-isasi, waralaba yang menjadi simbol globalisasi, karena makanan cepat sajinya bercita rasa sama di manapun kita mendapatkannya.

Liberalisasi mempersyaratkan adanya keterbukaan, kebebasan, tanpa proteksi, dan subsidi. Liberalisasi pada mulanya dicetuskan melalui general agreement on tariff and trade (GATT) dengan objek barang-barang industri.

Tahun 1995, GATT menjadi World Trade Organization (WTO) yang mengatur sistem perdagangan dunia. Para pemrakarsa perdagangan bebas berargumen bahwa dengan dihapuskanya dinding tarif akan menciptakan kemakmuran negara-negara peserta.

Cara berpikir yang demikian ini rupanya diilhami oleh ajaran Adam Smith dalam bukunya the Wealth of Nations bahwa kunci kemakmuran bangsa-bangsa terletak pada pembagian kerja (division of labour), produktivitas, dan pasar.

Division labour yang dimaksud adalah bahwa masing-masing negara seharusnya mengembangkan potensi ekonominya dan kemudian dipertukarkan di pasar dunia.

Cara berpikir yang demikian didasari oleh filosofi bahwa manusia adalah makhluk ekonomi, yang senantiasa ingin memaksimalkan keuntungan. Aliran ekonomi neoklasik kemudian memperbarui konsep tersebut dengan menekankan perlunya mekanisme pasar terbuka dalam memaksimalkan sumber dalam masyarakat.

Perdagangan bebas memang merupakan instrumen dari paham neoliberalisme. Bersamaan dengan kebijakan tersebut biasanya diikuti dengan dorongan investasi asing, privatisasi, industri manufaktur berorientasi ekspor, dan penghapusan subsidi.

Dampak Buruk

Argumen proliberalisasi itu nampaknya masuk akal. Namun dalam praktiknya sering terjadi ketidakadilan. Pengalaman penerapan perdagangan bebas di Amerika Utara antara Kanada, Amerika Serikat (AS) dan Mexico yang dikenal dengan North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang telah dimulai sejak tahun 1990-an menunjukkan bahwa negara-negara yang posisinya lemah mengalami dampak buruk akibat liberalisasi perdagangan.

Arus tenaga kerja justru datang dari tenaga kerja terampil dan ahli dari Negeri Paman Sam dan bukan sebaliknya dari Mexico ke Amerika Serikat. Kanada yang di beberapa wilayahnya seperti Provinsi British Columbia memberlakukan pembatasan penangkapan ikan agar terjadi sustainable fishery, terpaksa harus mengubah kebijakannya karena dipandang sebagai penghambat liberalisasi perdagangan.

Pada awal perdagangan bebas akan diberlakukan, mereka yang menolak gagasan tersebut menulis buku berjudul If You Love Canada. Digambarkan oleh David Suzuki, seorang ilmuwan lingkungan bahwa global economics is driving us into this crazy situation (ekonomi global membawa kita pada situasi tidak menentu).

Dalam liberalisasi, ukuran kemajuan dilihat dari meningkatnya pendapatan, perdagangan dan arus barang-barang. Menurut David Suzuki, Kanada akan mengalami nasib seperti negara-negara dunia ketiga yang merusak hutan, sumber-sumber daya perikanan, tambang, pertanian demi mendapatkan uang tunai.

China memang bukan Amerika Serikat, tetapi kalau dipertarungkan dengan Indonesia keunggulan kompetitifnya lebih digdaya dari AS. Ia bukan hanya memiliki teknologi yang maju tetapi juga tenaga terampil, kreatif yang sekaligus murah karena jumlah penduduknya terbesar di dunia.

Tak pelak lagi, produk yang dihasilkan sangat kompetitif. Hampir tidak bisa dipercaya kalau jeruk santang yang kecil-kecil, jeruk mandarin, apel fujian harganya bersaing dengan jeruk medan, jeruk pontianak, dan apel malang.

Demikian juga barang-barang elektronik mulai radio, TV, VCD, kulkas, AC, sepeda motor sampai turbin pembangkit listrik berbagai jenis selalu menjadi alternatif pilihan dengan harga lebih murah.

Namun demikian pepatah rega nggawa rupa (harga identik dengan kualitas produk-Red) ternyata masih berlaku. Dari segi kualitas, produk China masih setingkat di bawah Korea dan Jepang dan tidak begitu ramah lingkungan.

Kebangkitan ekonomi China ditunjukkan dengan membeludaknya berbagai macam produk dan haus akan pasar. April 2008, diberitakan melalui internet bahwa di kereta api Jabodetabek dijajakan telur buatan China.

Bentuknya mirip dengan telur ayam broiler berwarna cokelat dengan harga hanya Rp 500 per butir. Padahal telur mentah saja di pasar harganya Rp 1.000 per butir. Telur China yang diduga buatan industri rumah tangga itu laris manis di kereta yang rata-rata penumpangnya masyarakat kelas bawah.

Seorang penumpang yang meneliti telur tersebut berkesimpulan bahwa telur tersebut bukan asli tetapi jenis makanan yang diproses secara kimiawi. Putih telurnya lebih keras, kuning telurnya tidak bulat, sekilas mirip adonan kue.

Heboh telur China ternyata juga menimpa Korea Selatan. Media Korea memberitakan proses pembuatan telur tiruan di China dan mengkawatirkan dampak buruk pada kesehatan.

Revolusi China tentu tidak akan berhenti dengan produk-produk berlimpah yang murah tetapi suatu ketika pasti akan sampai pada invasi industri. Masih segar dalam ingatan, Pemerintah Kabupaten Wonogiri berniat membangun kawasan industri China di Hutan Kethu.

Rencana itu mendapat penolakan dari berbagai pihak karena dikawatirkan merusak daerah tangkapan air yang memicu terjadinya banjir di sepanjang DAS Bengawan Solo.

Suatu ketika desakan invasi industri bukan tidak mungkin akan bisa powerful atas nama liberalisasi perdagangan. Terbitnya Perppu Nomor 1 Tahun 2004 sebagai revisi UU Nomor 41 Tahun 1999 yang mengizinkan 13 perusahaan penambangan di hutan lindung menjadi bukti akan tingginya daya tawar investasi atas pelestarian lingkungan.

Kita memang tidak mungkin mengisolisasi diri di era globalisasi ini, namun harus hati-hati dan waspada agar tidak terjerumus dalam kesengsaraan. (10)

— Sudharto P Hadi, guru besar, dosen manajemen lingkungan Universitas Diponegoro
http://suaramerdeka.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Ghea Panggabean Cinta Jumputan

Ghea_Panggabean.jpg
sripo/arsep
Ghea Panggabean
Sriwijaya Post - Senin, 8 Maret 2010 09:26 WIB

MASYARAKAT pecinta busana di Indonesia bahkan manca negara tentunya sudah tidak asing dengan nama Ghea Panggabean, desainer kondang papan atas yang dilahirkan di Rotterdam, Belanda tahun 1956. Terlihat bersama rombongan 12 duta besar dan konsulat ke Pulau Kemarau dan Kampung Kapitan.

Ghea yang mengenakan blus jumputan Palembang warna uwung yang dipadukan dengan celana jeans biru dan sal yang juga jumputan berwarna merah marun terlihat kontras. Wanita berusia 54 tahun saat dibincangi Sriwijaya Post di atas kapal Putri Kembang Dadar menuturkan bahwa dirinya sangat mencintai kain khas Palembang terutama jumputan. Jumputan Palembang itu lah yang melambungkan namanya di industri fashion, baik di dalam maupun luar negeri. “Saya sangat mencintai Palembang. Saya mengawali karier dengan kain jumputan. Jumputan itu bisa digunakan juga saat santai,” kata Ghea dengan semangat, Sabtu (6/3).

Selesai sekolah fashion di London tahun 1979, Ghea memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ia menemukan kain jumputan dalam bentuk sal di salah satu tempat penjualan barang antik di Bali. Rasa penasarannya untuk mencari tahu dari daerah mana kain jumputan, ia pun pergi ke museum tekstil. Ternyata kain itu dari Palembang. Maka ia pun ke Palembang dan mencari pengrajin dan dibuatlah desain dalam bentuk printing. Baginya, jumputan Palembang memiliki daya tarik tersendiri, terutama warna yang alamiah seperti marun, merah manggis, kunyit dan lainnya.

Bagi wanita berdarahkan Batak dan Belanda ini, kain khas Palembang seperti jumputan dan songket banyak mengilhami dan inspirasi karya-karyanya. Tahun 1987, ia mendapatkan penghargaan APAREL yang memperkenalkan jumputan.

Dalam setiap desain terbarunya, Ghea selalu menggunakan kain khas daerah ini dalam produk barunya. Saking cinta dia dengan Palembang, beberapa kali harus datang ke kota ini hanya untuk urusan pembuatan kain jumputan dengan pengrajin tenun. Namun, baru kali ini, ia melihat secara langsung keindahan Sungai Musi, Pulau Kemarau dan Kampung Kapitan.

Setelah 30 tahun berkarier, Ghea mengadakan fashion show di Griya Agung dihadapan para duta besar dan konsultan. Dia menghabiskan waktu 10 hari untuk membuat busana yang diperagakan Sabtu (6/3) malam lalu. Tak hanya itu saja, kecintaannya pada Kota Pempek, tidak hanya dituangkan lewat desain pakaian, tetapi juga pada produk pecah belah seperti teko, cangkir, piring dan tatakan bermotifkan kain jumputan.

“Produk ini saya persembahkan kepada daerah ini sebagai penghargaan atas apa yang saya dapatkan selama ini. Jumputan sangat berarti bagi hidup saya,” tutur Ghea.

“Saya sangat tertarik kalau ada pengrajin atau UKM untuk bekerja sama dengan saya. Seperti dengan Rumah Busana Tria dan Rumah Tenun,” tegasnya. (arsep p)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Hadang Produk China, Buka Seluas-luasnya Produk Dalam Negeri

PASAR TANAH ABANG

Selasa, 9 Maret 2010
Pusat Grosir Blok A, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, tetap akan dipertahankan sebagai pusat grosir tekstil, sebagaimana ciri khasnya sejak dulu. Serbuan produk China tidak bakal mampu menggeser ciri khas tersebut.
Hal itu dikemukakan General Manager Pusat Grosir Blok A, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rickson Eduard, kepada Suara Karya di ruang kerjanya, akhir pekan lalu. Untuk itu, pihak manajemen membuka seluas-luasnya bagi produk dalam negeri untuk dijual di sini. "Jadi, silakan saja bersaing. Kita juga bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah)," ujarnya.
Terkait dengan kerja sama China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) yang mengakibatkan munculnya serbuan produk-produk dari China, seharusnya yang diperketat di pelabuhannya. Pemerintah selaku regulator melalui badan pengawasan yang ada seharusnya bisa meredam serbuan itu. Sebab, kalau sudah sampai di pasar, tentunya sulit untuk mencegahnya.
Rickson mengemukakan, sesungguhnya yang sangat terpukul dengan adanya serbuan itu adalah produk elektronik dan komputer. "Harganya sangat jauh lebih murah," ujarnya.
Kalau tekstil, walau mutu dari China baik, tapi produk lokal masih bisa bersaing. Di Pusat Grosir Blok A sendiri, pihak manajemen pasar hanya sebatas mengimbau agar para pedagang mendahulukan produk dalam negeri.
Pasalnya, walau bagaimanapun, produk-produk China itu akan tetap masuk. Jadi, menurut dia, tetap akan sulit untuk mencegahnya. Apalagi, di pasar tersebut juga banyak berkeliaran para penyalur. Mereka berhubungan langsung dengan pedagang di pasar tersebut. Begitu terjadi transaksi, penyalur langsung bisa mengirim barang kepada pedagang, dan itu merupakan transaksi sah yang tidak mungkin dihalangi.
Meski tidak bisa dicegah, seharusnya pemerintah membuat kebijakan bahwa barang-barang yang masuk harus masih berupa bahan. "Kalau tekstil, ya tekstilnya, bukan sudah menjadi pakaian jadi," kata dia. Tujuannya agar para produsen masih bisa mempekerjakan karyawan membuat pakaian jadi dengan bahan baku dari China. Alhasil, para buruh pembuat pakaian tidak kehilangan pekerjaan.
Sejak Dulu

Sebenarnya, sebelum diberlakukan CAFTA, sudah banyak tekstil dari China yang masuk sejak dulu. Tapi, diakuinya, begitu ada kebijakan CAFTA, dari pantauan yang dilakukannya ada sekitar 30 persen kios di pasar itu menjual produk China. Padahal, ada sekitar 8.000 kios di Pusat Grosir Blok A. Artinya, ada sekitar 2.500 kios sudah mulai memperdagangkan produk Negeri Tirai Bambu.
Namun, upaya mempertahankan ciri khas Pusat Grosir Blok A itu akan terus dilakukan. Pasar itu akan terus mengutamakan menyerap produk-produk lokal untuk dijual di sini. Untuk itu, seperti dijelaskan Rickson, pihaknya telah bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM. Para pengusaha UKM diberi kemudahan untuk memperoleh kios. Mereka diberi diskon untuk mendapat kios, tapi dengan syarat produk yang dijual harus benar-benar kerajinan dari daerah. Misalnya, berbagai kain tenun, batik, dan sulaman dari daerah.
"Ke depan, kita juga menjajaki kerja sama dengan pemda-pemda, agar bisa menempatkan produk-produk kerajinannya dari pengusaha daerah masing-masing," tuturnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sendiri, kata dia, membantu dengan cara merazia produk-produk impor apabila ditemukan tidak berlabel resmi. Sebab, menurut Rickson, Pemprov DKI berkepentingan juga melestarikan dan mempertahankan pasar ini. Pasar ini sudah bukan sekadar sebagai tempat berjual beli saja, tapi sudah menjadi objek wisata belanja yang dikenal di mancanegara. "Pasar Tanah Abang kan sudah terkenal di mancanegara sejak dulu sebagai pusat grosir tekstil," ujarnya.
Selain Blok A, pusat grosir itu juga tengah mempersiapkan Blok B, yang merupakan bagian dari pengembangan Blok A. Jadi, nanti operasionalnya akan menjadi satu kesatuan. Di Blok B telah disiapkan sedikitnya 5.000 kios. Diceritakan Rickson, penataan di blok yang baru itu akan lebih rapi. Setiap lantai diatur untuk berjualan komoditas sejenis.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta, Ade Soeharsono, mengemukakan, dalam menghadapi era perdagangan bebas, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus lebih kreatif, khususnya dalam mengembangkan desain produknya. Sebab, setiap produk tidak hanya meningkatkan mutu saja, tapi juga harus selalu mampu menampilkan produk baru.
Persaingan yang ketat, menurutnya, juga menuntut para pelaku UMKM mampu menjamin distribusi yang cepat. Kondisi itu perlu dukungan regulasi dari pemerintah dalam hal, misalnya, perizinan, kepastian hukum, atau pemberlakuan bunga bank.
"Untuk itu, kami berupaya memudahkan perizinan kepada para pelaku UMKM seperti pembuatan SIUP (surat izin usaha perdagangan). Bahkan, ada yang kami berikan secara gratis," katanya. (Budi Seno)
http://www.suarakarya-online.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Apresiasi Seni, Kritik Seni dan Wawasan Seni

Oleh : Dr. Agus Priyatno, M.Sn.

Aprisiasi seni, kritik seni dan wawasan seni, istilah-istilah yang sering muncul dalam kajian akademis. Apakah yang dimaksud dengan setiap istilah itu? Kadang orang bertanya-tanya tentang pengertian setiap istilah itu.

Setiap istilah memiliki pengertian sendiri, apresiasi seni, kritik seni dan wawasan seni memiliki pengertian berbeda satu sama lain.

Intinya, apresiasi seni memahami dan menikmati karya seni; kritik seni adalah pemberian pendapat atau penilaian terhadap baik dan buruknya karya seni; wawasan seni adalah pemahaman terhadap wilayah cakupan seni.

Apresiasi Seni

Apresiasi senirupa merupakan proses memahami dan menikmati karya seni. Memahami dan menikmati karya dapat dilakukan oleh siapa saja, untuk dapat memahami dan menikmati karya seni berkualitas diperlukan pengetahuan terhadap bidang itu. Apresiasi seni menguraikan persoalan bagaimana menikmati, menginterpretasi dan memahami karya seni berdasarkan kajian disiplin seni.

Mengapresiasi karya seni dapat dilakukan melalui bebarapa cara, diantaranya melalui analisis terhadap teknik, ide dan kreativitasnya. Pemahaman holistik terhadap karya seni dapat dilakukan melalui pendekatan subjektif dan objektif. Selain itu konteks sosial, budaya, agama, bahkan ekonomi dan politik yang melingkupi terciptanya karya seni juga merupakan faktor penting dalam mengapresiasi karya seni.

Mengapresiasi keindahan karya seni dapat bersifat personal, komunal, maupun universal. Keindahan bagi setiap orang dapat berbeda-beda ketika dipahami secara personal. Keindahan juga dapat berbeda-beda menurut komunitas, namun ada juga keindahan bersifat universal yaitu keindahan berlaku untuk semua orang.

Dalam apresiasi seni, pandangan terhadap estetika seni kadangkala tidak bersifat absolut. Pandangan terhadap estetika seni setiap zaman bahkan bisa berubah, karya seni yang dianggap indah pada suatu zaman bisa dianggap tidak indah pada zaman yang lain. Pandangan terhadap estetika seni juga dapat berbeda di antara komunitas yang berbeda wilayah, yang indah bagi komunitas di wilayah tertentu belum tentu indah bagi komunitas di wilayah lainnya. Pandangan terhadap estetika seni, juga bisa berbeda pada satu kelompok masyarakat yang berbeda ideologinya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pandangan terhadap estetika seni. Mengapresiasi karya seni dengan baik, dapat dilakukan dengan memperluas cakrawala pengetahuan kita tentang bidang ini, serta bidang-bidang pendukungnya.

Kritik Seni

Kritik seni, pemberian pendapat secara tertulis atau lisan tentang baik dan buruknya karya seni atau tentang salah atau benar karya seni. Kritik seni juga dipahami sebagai pemberian penilaian terhadap sesuatu karya seni atau suatau ulasan karya seni.

Secara umum dapatk diartikan, kritik seni merupakan penyampaian pendapat tentang karya seni. Kritik seni menguraikan persoalan-persoalan seni dalam kaitannya dengan korelasi antara seniman, karya seni dan publik seni. Kritik seni ada beberapa klasifikasi, yaitu kritik seni jurnalistik, kritik seni pedagogik, kritik seni populer, dan kritik seni ilmiah atau akademik.

Kritik seni yang baik membutuhkan perangkat tertentu. Kritik seni memerlukan teori seni dan wawasan seni. Perangkat lainnya adalah memiliki pemahaman tentang teori kebudayaan, sejarah seni, estetika, filsafat, memiliki pengetahuan umum dan kemampuan berbahasa yang baik. Mengerti tata bahasa dan mengerti diksi bahasa Indonesia serta mampu menguraikan masalah secara fokus, efektif dan efisien, tanpa redundansi.

Selain perangkat, juga ada etika dalam kritik seni. Kritik disampaikan dengan bahasa sopan dan tidak merendahkan martabat orang lain serta tidak mempetentangkan persoalan suku, ras dan agama. Kritik seni juga tidak sekedar menyampaikan salah benar atau baik dan buruknya karya seni tetapi juga memuat saran atau solusi

Kritik seni gunanya untuk meningkatkan kualitas karya seni menjadi lebih baik di kemudian hari. Kritik seni juga bertujuan untuk mengklasifikasikan kualitas karya seni. Kegunaan lain dari kritik seni, mendorong diciptakannya karya seni, memperluas pemahaman terhadap karya seni dan mengeliminasi karya seni vulgar, amoral, asusila, dangkal, dan menyesatkan.

Wawasan Seni

Wawasan seni adalah pemahaman tentang cakupan seni. Wawasan seni juga membahas tentang pendefinisan seni, pengklasifikasian cabang-cabang seni, tujuan karya seni diciptakan, perkembangan corak seni, dan bagaimana seni berkembang berdasarkan geografis, kultural serta ideologinya. Wawasan seni juga melihat seni dalam dimensi sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan agama.

Definisi seni secara substansial adalah karya manusia yang indah. Jadi kalau bukan karya manusia meskipun indah, didalamnya terdapat unsur-unsur seni, tidak dapat dikatakan sebagai karya seni. Lukisan abstrak karya seekor kera yang dilatih tentu tidak bisa disamakan dengan lukisan abstrak karya seniman yang dikerjakan atas dasar pertimbangan estetika. Batu karang indah dari laut memiliki unsur-unsur seni, tapi dia bukan karya seni. Definisi dan paradigma seni juga berubah dari waktu ke waktu, hal-hal semacam ini juga persoalan wawasan seni.

Cabang-cabang seni dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Cabang-cabang seni meliputi aspek-aspek yang dapat dikategorikan sebagai karya seni. Apakah karya seni yang termasuk dalam kategori visual, audio, kinetikal, tekstual, teatrikal. Karya seni dalam kategori visual meliputi lukisan, patung dan arsitektur.

Karya seni kategori audio adalah seni musik. Karya seni dalam kategori kinetikal adalah tarian. Karya seni kategori tekstual adalah tulisan sastra. Karya seni kategori teatrikal adalah drama dan pertunjukan panggung lainnya.

Setiap kategori seni memiliki cabang-cabangnya lagi. Senilukis diidentifikasi dan diklasifikasikan lagi berdasarkan diferensiasinya. Lukisan dikategorikan dalam representasional dan abstrak atau tradisional dan modern. Demikian pula dengan cabang-cabang seni lainnya. Perkembangan seni berdasarkan geografis, kultural dan ideologis membahas tentang bagaimana seni berkembang dari waktu ke waktu di berbagai wilayah geografis, kultural, dan ideologinya.

Seni memiliki dimensi ekonomi artinya seni memiliki konteks dengan persoalan ekonomi. Lukisan tidak hanya menjadi pajangan apresiasi tetapi juga menjadi komoditas dagang yang menghasilkan keuntungan finansial. Di sini terlibat balai lelang, pedagang dan kolektor atau pembeli.

Seni memiliki dimensi politik artinya ada relvansinya dengan persoalan politik. Lukisan Liberty Leading The People adalah lukisan tentang revolusi Prancis. Lukisan ini mengungkapkan tentang peristiwa revolusi yang mengubah kekuasaan dari monarki ke republik. Suatu karya seni, seperti karikatur yang menggambarkan perseteruan dua pemerintahan pernah menghebohkan beberapa waktu lalu.

Kepala negara Indonesia dikarikaturkan oleh seniman Australia secara tidak simpatik, demikian pula sebaliknya. Kartun itu sempat merenggangkan hubungan kedua negara.

Wawasan seni membuka lebar-lebar pemahaman orang tentang seni dengan segala dimensinya. Seni tidak sekedar masalah estetika tetapi juga masalah-masalah lain yang sangat kompleks sifatnya. Seni memiliki relevansi dengan hampir seluruh aspek kehidupan manusia.

Penulis: dosen Seni Rupa FBS Unimed.
http://www.analisadaily.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Beri komentar pada blog ini