Lukisan Kaca Awalnya sebagai Media Dakwah
Konon ketika jamannya para Wali dalam penyebaran Agama Islam di tanah Jawa termasuk Cirebon, salah satu media yang populer saat itu dalam penyampaian dakwah diantaranya Lukisan Kaca berisi Kaligrafi Islam.
Para seniman tempo dulu membuat Lukisan Kaca selalu menampilkan kutipan ayat-ayat AlQur'an berupa kaligrafi yang sangat indah dipandang dan sarat makna. Media yang sangat tepat untuk memberikan pencerahan kepada para santri dan masyarakat yang menganut Agama Islam.
Kita ambil contoh saja, sebuah karya Lukisan Kaca "Macan Ali", secara bentuknya Macan Ali berujud seekor Macan (Maung=kata orang Sunda), tetapi bentuk itu diruntut dari kalimah Syahadat yang dibuat berdasarkan kaligrafi Islam. Mengandung makna sangat dalam, yang berarti sebuah ikrar, Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kemudian mengapa bentuknya seperti Macan ? dan mengapa disebut Macan Ali ? menurut informasi yang didapat dari para seniman senior, bentuk Macan melambangkan bahwa Syeh Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah alias Syekh Sunan Gunung Jati) dan Mbah Kuwu Cerbon (Raden Kian Santang/Raden Walangsungsang) adalah keturunan Prabu Siliwangi (Raja Pajajaran yang dipercaya berubah ujud menjadi Macan/Maung Siliwangi karena menolak masuk Islam). Menurut keterangan sejarah Syekh Syarif Hidayatullah adalah putra Nyi Mas Rarasantang adik kandung Raden Kian Santang alias Raden Walangsungsang alias Mbah Kuwu Cerbon yang mendirikan Cirebon. Kemudian istilah Macan Ali menurut informasi dan cerita tempo dulu, bahwa baik Mbah Kuwu Cerbon maupun Syekh Syarif Hidayatullah merupakan salah satu murid dari Sayidina Ali (salah satu Sahabat dan menantu Kanjeng Nabi Muhammad SAW). Karena rasa kecintaannya kepada Sayidina Ali yang dikenal sebagai Macan Prajurit Islam dalam sejarah peperangan dengan Jahiliyah dinegeri Arab, serta keterkaitanya dengan keturunan Prabu Siliwangi, maka istilah Macan Ali menjadi nama yang dikenal pada saat itu bahkan menurut informasi lainnya Macan Ali menjadi lambang resmi bendera Keraton Kasepuhan Cirebon.
Demikian runtut raut salah satu desain Lukisan Kaca"Macan Ali" yang masih dikenal hingga saat ini dan banyak dilukis ulang oleh para pelukis kaca di Cirebon. Bahkan desain tersebut merupakan desain lukisan kaca yang sangat laku dipasaran. Tentu sampai saat ini objek Macan Ali semakin beragam olah ragamhiasnya tanpa merubah desain aslinya dari objek Macan Ali. Hiasan-hiasan berupa motif Mega Mendung dan Wadasan akan sangat mempercantik Lukisan Kaca Macan Ali serta beragam pula harga yang ditawarkan sesuai nama tenar Pelukisnya dan ukuran kaca yang jadi medianya serta kualitas desain ragam hiasnya.
Halimi,SE,MM.
Para seniman tempo dulu membuat Lukisan Kaca selalu menampilkan kutipan ayat-ayat AlQur'an berupa kaligrafi yang sangat indah dipandang dan sarat makna. Media yang sangat tepat untuk memberikan pencerahan kepada para santri dan masyarakat yang menganut Agama Islam.
Kita ambil contoh saja, sebuah karya Lukisan Kaca "Macan Ali", secara bentuknya Macan Ali berujud seekor Macan (Maung=kata orang Sunda), tetapi bentuk itu diruntut dari kalimah Syahadat yang dibuat berdasarkan kaligrafi Islam. Mengandung makna sangat dalam, yang berarti sebuah ikrar, Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kemudian mengapa bentuknya seperti Macan ? dan mengapa disebut Macan Ali ? menurut informasi yang didapat dari para seniman senior, bentuk Macan melambangkan bahwa Syeh Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah alias Syekh Sunan Gunung Jati) dan Mbah Kuwu Cerbon (Raden Kian Santang/Raden Walangsungsang) adalah keturunan Prabu Siliwangi (Raja Pajajaran yang dipercaya berubah ujud menjadi Macan/Maung Siliwangi karena menolak masuk Islam). Menurut keterangan sejarah Syekh Syarif Hidayatullah adalah putra Nyi Mas Rarasantang adik kandung Raden Kian Santang alias Raden Walangsungsang alias Mbah Kuwu Cerbon yang mendirikan Cirebon. Kemudian istilah Macan Ali menurut informasi dan cerita tempo dulu, bahwa baik Mbah Kuwu Cerbon maupun Syekh Syarif Hidayatullah merupakan salah satu murid dari Sayidina Ali (salah satu Sahabat dan menantu Kanjeng Nabi Muhammad SAW). Karena rasa kecintaannya kepada Sayidina Ali yang dikenal sebagai Macan Prajurit Islam dalam sejarah peperangan dengan Jahiliyah dinegeri Arab, serta keterkaitanya dengan keturunan Prabu Siliwangi, maka istilah Macan Ali menjadi nama yang dikenal pada saat itu bahkan menurut informasi lainnya Macan Ali menjadi lambang resmi bendera Keraton Kasepuhan Cirebon.
Demikian runtut raut salah satu desain Lukisan Kaca"Macan Ali" yang masih dikenal hingga saat ini dan banyak dilukis ulang oleh para pelukis kaca di Cirebon. Bahkan desain tersebut merupakan desain lukisan kaca yang sangat laku dipasaran. Tentu sampai saat ini objek Macan Ali semakin beragam olah ragamhiasnya tanpa merubah desain aslinya dari objek Macan Ali. Hiasan-hiasan berupa motif Mega Mendung dan Wadasan akan sangat mempercantik Lukisan Kaca Macan Ali serta beragam pula harga yang ditawarkan sesuai nama tenar Pelukisnya dan ukuran kaca yang jadi medianya serta kualitas desain ragam hiasnya.
Halimi,SE,MM.
0 Response to "Lukisan Kaca Awalnya sebagai Media Dakwah"
Posting Komentar